Come And Feel the Difference

Full Version: Pembagian Tauhid
You're currently viewing a stripped down version of our content. View the full version with proper formatting.
Pada awalnya tauhid dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

Tauhid Al Ma’rifat wal Itsbat (Pengenalan dan Penetapan) yang mengandung 2 tauhid yaitu

Tauhid Rububiyah yaitu mengenal Allah melalui perbuatan-Nya.
Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya.

Tauhid Al Irodi Ath Tholabi yaitu tauhid yang diinginkan dan dituntut, disebut juga tauhid uluhiyah.

Akan tetapi seiring semakin jauhnya umat Islam dari ajaran agama, sehingga banyak terjadi penyimpangan keyakinan di dalam nama dan sifat Allah, maka Tauhid Asma wa Sifat disebutkan secara khusus. Sehingga Tauhid dibagi menjadi 3 :

Tauhid Rububiyah

Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai, memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang mampu. Dan semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll. Kecuali orang atheis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb. Diantara penyimpangan yang lain yaitu kaum Zoroaster yang meyakini adanya Pencipta Kebaikan dan Pencipta Kejelekan, hal ini juga bertentanga dengan aqidah yang lurus.

Tauhid Uluhiyah

Mentauhidkan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu mengikhlaskan ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut, khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum musyrikin. Jadi seseorang belum cukup untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya (Tauhid Rububiyah) tanpa menyertainya dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya (Tauhid Uluhiyah). Karena orang musyrikin dulu juga meyakini bahwa Allah yang mencipta dan mengatur, tetapi hal tersebut belum cukup memasukkan mereka ke dalam Islam.

Tauhid inilah yang menjadi inti pembahasan dari Kitab Tauhid, oleh karena itu penulis memberikan judul “Kitab Tauhid yang merupakan hak Allah terhadap hamba-Nya”. Judul ini diambil dari perkataan Rasulullah terhadap Muadz bin Jabbal di atas keledai, “Tahukah engkau apa hak Allah terhadap hamba-Nya, dan apa hak hamba terhadap Allah ?”, Muadz bin Jabbal, “Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui”, Hak Allah kepada hambanya yaitu agar hamba beribadah mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan Allah.

Tauhid Asma Wa Sifat

Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna, mengingkari, mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan. Untuk pembahasan yang lebih lengkap bisa merujuk ke beberapa kitab diantaranya Aqidah Washithiyah, Qowaidul Mutsla, dll.

Apabila ketiga tauhid di atas ada yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa berkurang imannya atau bahkan telah keluar dari Islam.

Syirk

Lawan tauhid adalah syirk, yaitu menjadikan sesuatu mempunyai sekutu dalam suatu urusan. Maka barang siapa yang telah syirk, maka dia telah menjadikan sekutu bagi Allah di dalam melaksanakan ibadah.

Pembagian Syirk

Pembagian syirk menjadi 2 bagian

Syirk besar : Mengeluarkan seseorang dari Islam. Mengakibatkan sifat syirk melekat pada seseorang.
Syirk kecil : Jalan menuju syirk akbar tapi tidak mengeluarkan seseorang dari Islam. Sifat syirk tidak melekat seluruhnya pada seseorang.

Pembagian syirk menjadi 3 bagian

Syirk besar yang nyata : Melakukan amalan syirk besar yang nyata, seperti menyembah patung.
Syirk kecil yang nyata : Melakukan amalan syirk kecil yang nyata, misalkan bersumpah dengan nama selain Allah.
Syirk yang tersembunyi : Melakukan amalan syirk yang tersembunyi

Syirk yang tersembunyi dibagi menjadi

Syirk tersembunyi yang besar (riya’nya orang munafiq) : Hal ini mengeluarkan seseorang dari Islam.
Syirk tersembunyi yang kecil (riya’nya kaum muslimin) : Hal ini tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.

Pembagian tauhid dan syirk menjadi 3 bagian memiliki dasar di dalam Al Quran dan As Sunnah tidak secara tersurat tapi tersirat. Misalkan dalam ayat Al Fathihah, “Alhamdu lillaahi Rabbil ‘Alamin”

Al-Hamdu = Tauhid Asma wa Sifat, sifat Al Hamid,
lillaahi = Tauhid Asma wa Sifat dan Tauhid Uluhiyah, menetapkan nama Allah dan menetapkan peribadahan kepada Allah
Rabbi = Tauhid Rububiyah

Firman Allah, “Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”

Jin merupakan makhluk yang diciptakan Allah dari api. Kata yang terdiri dari jim (ج) dan nun (ن) dalam bahasa arab memiliki makna umum tertutup. Misalkan Majnun (orang gila) tertutupi akal sadarnya, Jannatun (Surga) karena tertutupi kenikmatannya dari pandangan, pendengaran, dan pemikiran manusia, begitu juga Jin bermakna tertutup dari manusia. Jin juga dibebani ibadah sebagaimana manusia.

Manusia merupakan makhluk yang Allah ciptakan dari tanah. Kata Al-Ins (manusia) memiliki makna Al-Uns (jinak, saling bantu membantu), yaitu manusia harus saling tolong-menolong dalam menjalani hidupnya.
lama gak mampir sini
sambil menyimak pembabaran mbah bajulsuro
mungkin diawali dengan pertanyaan "apakah pentingnya tauhid?"
dilanjut mbah....
(11-27-2012, 12:39 PM)radicals Wrote: [ -> ]lama gak mampir sini
sambil menyimak pembabaran mbah bajulsuro
mungkin diawali dengan pertanyaan "apakah pentingnya tauhid?"
dilanjut mbah....

Bismillah wal hamdulillah.....
mudah2an jawabannya bener nih

Tauhid sangan penting dikarenakan menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya, dapat juga dipahami adalah banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

Syekh ‘Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).